Kasepuhan Adat Ciptagelar
Kasepuhan Ciptagelar berada dibawah kaki gunung halimun, wilayahnya berada di Desa Sirnaresmi, kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi. Untuk sampai ke Kampung Ciptagelar dari Kecamatan Cisolok harus melewati dulu Kampung Ciptarasa dan selanjutnya memasuki kawasan hutan lindung. Untuk masuk ke kasepuhan ini bisa dilalui oleh roda 4 dan roda 2. Jenis kendaraan roda empat harus mempunyai persyaratan khusus, yakni mempunyai ketinggian badan cukup tinggi di atas tanah serta dalam kondisi prima mempunyai tenaga yang kuat.
Di kasepuhan ini dapat dijumpai berbagai macam bangunan adat, mulai dari balai pertemuan kesatuan adat, leuit si jimat (lumbung padi), ajeng wayang golek (tempat pertunjukan wayang), imah gede, podium adat hingga pembangkit listrik tenaga air atau turbin. Rumah Masyarakat kasepuhan bentuknya hampir sama dengan rumah warga non adat, biasa disebut rumah panggung hanya saja berbeda pada bagian atap dan tungku masak, atap tidak boleh menggunakan bahan dari tanah, disebutnya pamali (larangan karuhun) dengan keyakinan selama kita hidup di atas tanah, pantang hidup dibawah tanah.
Imah Gede Ajeng Wayang Golek
Leuit Si Jimat
Balai pertemuan kesatuan adat
Kehidupan Masyarakat Ciptagelar sangat bergantung pada pertanian tradisionalnya. Mereka memanfaatkan sebagian lahan untuk hutan, sawah dan kebun. Dalam hal ini, padi merupakan komoditas utama mereka dan merupakan tanaman yang disucikan, sehingga ketika memetiknya harus menggunakan Etem (ani-ani), dan padi harus ditumbuk dengan lisung, disamping itu tanaman tahunan ditanam untuk kebutuhan sehari-hari.
Dikarenakan ciptagelar berada didataran tinggi gunung halimun maka iklim disana sangat lembab dan dingin menyebabkan keadaaan tanah menjadi subur sehingga mayoritas penduduk disana bermata pencaharian bercocok tanam. Pekerjaan lainnya adalah beternak dan berkebun, Pekerjaan lainnya adalah sebagai buruh, tukang, kuli bangunan dan pedagang, bagi warga yang tinggal di kampung akan bekerja di kebun, membuat kerajinan anyaman, menanam pisang, membuat gula dan lain-lain.
Kondisi jalan Ciptagelar bisa dikatakan belum cukup baik, jalan berbatu, belum ada sentuhan aspal sama sekali tetapi akses menuju desa lain sudah ada. Masyarakat adat memiliki cara berpakaian yang khas. Bagi laki-laki memakai ikat kepala, dan sebagiannya memakai baju khas adat. Bagi perempuan memakai sinjang (kain yang dibebat menutupi bagian pinggang ke arah kaki).
Bahasa sunda adalah bahasa keseharian mereka, namun beberapa warga disana juga mampu berbahasa Indonesia dan bahasa Internasional (inggris). Warga disana tidak mempermasalahkan jika tamu tidak mampu berbahasa sunda dengan lancar atau tidak bisa sama sekali karena bagi mereka itu tidak terlalu penting, yang penting bagi mereka adalah bagaimana proses informasi itu sampai.
Sistem pemerintahan warga kasepuhan Ciptagelar berbeda dengan warga non adat seperti biasanya. Struktur organisasi dirancang untuk berinteraksi dengan pihak luar masyarakat kasepuhan dan digunakan sesuai kebutuhan. Terdapat 13 bidang yang masing-masing dipimpin oleh kepala bidang atau biasa disebut baris kolot.
Dalam hal pendidikan, Ciptagelar sudah memiliki sarana pendidikan berupa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Ciptagelar yang berdiri sejak tahun 2000 pada masa kepemimpinan abah Anom dengan bantuan bank Jabar, namun staf pengajar di sekolah ini dirasakan masih sangat kurang. Ciptagelar juga memiliki media informasi berupa radio komunitas. Pendiri radio komunitas itu adalah abah Ugi dan radio komunitas didirikan untuk mengembangkan adat dan budaya.
0 komentar:
Posting Komentar